LISENSI

RmdmRmA6TmA7Rmd8Rmj7Rqw5R7TusBSpMXQpaVQps6ftMBQcsrfoaBL=

CUSTOM CSS DAN JS

Artikel,Opini,
icon krinkz.co

Aksi Caleg Setelah Gagal Mencalon, Bagaimana Pandangan Dalam Islam?

Oleh Rheiva Putri R Sanusi | WIB

Sumber Gambar : Kontan.co.id

Oleh: Euis Royani (Muslimah Peduli Umat)

Pesta pemilu kemarin meninggalkan berbagai fenomena dari sejumlah caleg yang harus gigit jari atas kekalahan mereka di pemilu Tahun 2024. Selain stres ada juga yang bunuh diri juga ada yang mengambil kembali barang pemberian dari warga, seperti yang dilakukan salah satu caleg di Banyuwangi yang mengambil kembali paving blok yang sudah dipasang diduga caleg tersebut kecewa karena dia tidak mendapatkan suara didaerah tersebut. Menurut warga ada 2 titik  yang paving blok nya dieksekusi untuk dibongkar. 

Sebenarnya kasus caleg stres pada pemilu bukan hal baru di ranah perpolitikan sudah dari dulunya terdapat caleg yang mengalami stres akibat kekalahan dalam pemilu. Banyaknya kasus caleg gila akibat kekalahan di pileg berdampak pada tekanan pada timses. Di kabupaten cirebon Jawa Barat dua timses mengalami tekanan hebat hingga harus mengambil kembali amplop yang sebelumnya dibagikan kepada warga pada Sabtu sore. Di Lombok Tengah NTB salah satu calegnya melempari rumah caleg lawan karena mereka menduga adanya kecurangan.

Itulah segelintir kasus yang datang dari para caleg gagal yang menambah semarak pesta pemilu kemarin. Banyaknya caleg yang stres,  bahkan bunuh diri menunjukan betapa lemahnya mental para calon dam termasuk para tim suksesnya yang mana hanya mempesiapkan diri untuk menang dan tidak sama sekali tidak siap untuk kalah. Selain itu juga menunjukan bahwa jabatan menjadi sesuatu yang sangan penting bagi mereka sehingga mereka rela melakukan trik kotor demi meraup suara  bahkan mereka rela membeli suara masyarakat dengan mengeluarkan modal yang tidak sedikit untuk berharap masyarakat memilih mereka. Itu juga yang membuat pemilu itu membutuhkan biaya yang tinggi. Sehingga Seolah mereka harus menang agar modal yang mereka keluarkan dapat dikembalikan bahkan meraih keuntungan. Begitupun sebaliknya, ketika tidak menang maka kerugian yang didapat, dan juga modal yang dikeluarkan tidak dapat dikembalikan. Hal ini tentu saja membuat stres.

Hal ini menggambarkan bahwa jabatan dan kekuasaan saat ini seperti ajang transaksional, yang mana tujuannya adalah kepentingan segelintir orang. Sedangkan dalam islam jabatan adalah amanah yang kelak akan Allah mintai pertanggungjawaban di akhirat. Islam juga mewajibkan atau menetapkan cara-cara yang ditempuh harus sesuai dengan hukum syara bukan dengan jalan kotor seperti suap ataupun kecurangan. Dalam islam juga pemilu itu uslub untuk mencari pemimpin atau majelis umat dengan pelaksanaannya yang sederhana, praktis, tidak berbiaya yang tinggi dan jujur tidak ada kebohongan atau janji-janji semata. Dan mereka pun harus memiliki kepribadian islam dan hanya mengharap ridho allah bukan hanya mengejar keuntungan materi semata. Hal ini akan menghasilkan seorang pemimpin yang amanah dan menjadikan kepentingan umat adalah prioritas utamanya. Dan tidak mungkin menjadi stress ketika tidak terpilih, sebab ketika tidak terpilih ia terhindar dari kewajiban amanah yang berat.

Wallahu'alam bishowab. 

Tambah Favorit

Tag Terkait:

Opini
3733067073743872993
Chat Kami disini

Form Bantuan Whatsapp

Hello! Ada yang bisa dibantu?
×
×
Total Harga ( Produk)

Tulis catatan disini untuk keterangan lainnya

Total Harga ( Produk)

Biaya Admin:

Biaya ongkir: dg berat ()

Total Pembayaran:

Untuk produk fisik, Ongkos kirim akan muncul setelah ongkir dipilih

Tampilkan Kupon